Nasi Tumpeng
Berita Populer
- TOZA Juice
- Thomas A. Gugler, the newly elected President of Worldchefs
- Dim Sum
- Zuckerberg akan Berhenti Pimpin Facebook?
- Worldchefs Joins Forces with Electrolux in supporting UN Global Goals, takes action on sustainabilit
Berita Terkait
Nasi tumpeng adalah hidangan paripurna yang merupakan warisan tradisi nenek moyang yang sangat tinggi maknanya dan mempunyai nilai yang sakral.
Nasi tumpeng berbentuk kerucut menjulang ke atas pada satu titik pusat di puncaknya seperti melambangkan tangan manusia merapat menyatu menyembah kepada Tuhan.
Nilai filosofinya sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada YME atas kebersamaan, keharmonisan dan kerukunan yang ada.
Maknanya menyimpan harapan dan pesan agar kesejahteraan & kesuksesan hidup semakin "naik" dan "tinggi".
Kerucut ditutupi segitiga daun pisang, sebagai simbol bentuk rumah suci tempat bersemayam Gusti Allah berserta para dewa-dewi serta para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang).
Sebelum tumpeng disantap, biasanya sesepuh atau seseorang memimpin doa selamatan. Dalam doa biasanya akan diuraikan makna yang terkandung dalam sajian tumpeng yang disajikan. Dengan demikian para hadirin yang datang tahu akan pesan tumpeng dan memperoleh wedaran yang berupa ajaran hidup serta nasehat.
Perlu diingat dengan seksama cara menyantap nasi tumpeng, yakni puncak pucuk kerucut nasi tumpeng TIDAK DIPOTONG dan daun pisangnya TIDAK DIANGKAT / DILEPAS. Dalam kebiasaan masyarakat Jawa kuno (yang jarang diketahui banyak orang saat ini), nasi tumpeng di KERUK sisi sampingnya (di bawah kerucut dan dibawah segitiga daun pisang).
Kalau puncak pucuk kerucut dipotong & daun pisang dilepas, artinya simbol rumah suci terlepas dari ikatan bathin yang mau dijalin terhadap Gusti Allah berserta para dewa-dewi serta para hyang, atau arwah leluhur nenek moyang.
Sebelum di keruk oleh orang pertama, yang bersangkutan dalam hati berdoa dan minta "sesuatu untuk dikabulkan" yang kemudian setelah selesai permintaan itu, mulai mengeruk tumpeng dari sisi sampingnya.
Kerukan pertama biasanya diberikan kepada orang yang dianggap penting atau dituakan sebagai penghormatan. Setelah itu, tumpeng boleh disantap bersama-sama sebagai perlambang membagi rezeki dengan tetap cara mengeruk dari samping tanpa menyentuh bagian segitiga puncak atau daun pisangnya.
Menurut adat kepercayaan, pada saat kerukan semakin banyak dilakukan, di saat tertentu akan jatuh segitiga puncak kerucut atau daun pisang itu. Ini pertanda jawaban, bahwa doa selamatan dan permintaan dikabulkan atau diberkahi oleh YME.
Note:
Artikel ini diambil dari situs : http://gastroina.blogspot.com/2014/07/cara-menyantap-nasi-tumpeng.html